Selasa, 03 September 2013

"KISAHKU UNTUKMU TENTANG SEORANG PEMUDA DESA"


Alhamdulillah atas nikmat yang melimpah, sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad ibn 'abdillah. Di senja 18 syawal kisah ini mulai ditulis, dengan harapan ikhlas karena Allah, semoga dapat menjadi ibroh, bagi jiwa yang masih ingin ikut serta dalam sejarah memperjuangkan agama Allah. Sebut saja namanya adalah “A” (seperti huruf pertama pada nama aslinya), usianya 22 th (seingat ana), hidup di bawah gunung, belum ada lampu listrik di rumahnya, untuk sampai ke rumahnya harus melewati pohon-pohon kelapa, jika musim hujan jalanan pun becek karena masih pasir bercampur tanah. Beliau mengenal dakwah melalui radio rodja, berikut kisah tentang perjalanannya mencapai hidayah:

Di desa kami, desa Kotaraya-Sulawesi Tengah, bertetangga dengan sebuah desa bernama Tinombala, di desa Tinombala inilah direlay radio rodja oleh seorang ikhwan. Dan alhamdulillah "A" adalah pemuda yang ditaqdirkan oleh Allah aktif mendengarkan radio rodja melalui hp nya. Saat ini relay radio rodja di daerah kami pun bisa di dengar melalui gelombang 90.5 fm.

Suatu hari, di tahun 2012 kami berencana mengadakan dauroh ilmiah dengan pemateri Al-Ustadz Kurnaedi, Lc (pemateri di radio rodja dan rodja TV, serta pengajar tetap di ma'had Minhaajus-sunnah Bogor). Saat itu rencana tabligh akbar diinformasikan di radio rodja, dari pemberitaan di radio itulah "A" mengetahui bahwa Al-Ustadz Kurnaedi akan mengisi kajian di daerah kami, meski bukan satu desa dengan tempat tinggal beliau namun masih bisa dijangkau, karena rumah beliau dengan rumah kami berjarak 5 km. Saat itu kami belum mengenal pemuda ini, bahkan tak satupun dari kami yang mengenalnya. Ketika pada saat acara tabligh akbar diselenggarakan, barulah salah seorang ikhwan berkenalan dan menanyakan di mana rumahnya, dan dapat info dari mana sehingga tahu bahwa kami mengadakan acara tabligh akbar di masjid Baiturrahman desa Kotaraya. Pemuda itu menjawab: saya dapat informasi di radio rodja. Alhamdulillah. Setelah itu kami pun memberitahukan bahwa kami mengadakan juga ta'lim umum pekanan setiap malam sabtu, belajar alqur'an dan hafalan hadits di markaz kami yakni di musholla al-ijtihad. Dan alhamdulillah pemuda ini akhirnya ikut aktif belajar ilmu dan termasuk salah satu ikhwan yang paling rajin dan beradab dalam majelis ta'lim -saya tidak mentazkiyahnya- (Allah Yang Maha Tahu tentang apa yang dibalik dada).

Kesunngguhannya dalam menuntut ilmu terbukti dari dzohir amalannya bahwa:

1). Ia rela jalan kaki ketika berangkat ta'lim dengan jarak 5 km menelusuri semak-semak pohon kelapa atau jalan yang tak begitu lebar, ditambah becek jika habis diguyur hujan, dia berangkat dari rumah setelah sholat maghrib, sampai di musholla kami menjelang waktu isya, dan acara ta'lim pun di mulai ba'da isya, setelah ta'lim ia kembali lagi pulang dengan jalan kaki ditemani senter kecil miliknya, namun beberapa ikhwan tidak tega dan mengantarnya pulang dengan sepeda motor, itu pun ikhwan-ikhwan tidak berani sendirian namun mesti mengajak ikhwan yang lain sebagai teman di jalan, alasannya karena akan melewati tempat-tempat gelap di pinggiran hutan sehingga khawatir ada ular, perampok atau pemuda yang mabuk-mabukkan di malam hari.

2). Terkadang dan lebih seringnya selepas ta'lim ia tidak pulang, namun tidur di musholla al ijtihad tempat kami biasa mengadakan ta'lim, hingga tepat jam 04:00 pagi ia pun pulang dengan berjalan kaki, itu semua dia lakukan untuk apa???? Untuk menuntut ilmu agama Allah, jam 04:00 dia harus pulang lagi-lagi dengan senter kesayangannya, sebelum sampai di rumah adzan shubuh pn sudah berkumandang, maka ia mencari musholla yg ada di dekat jalan untuk sholat terlebih dahulu lalu melanjutkan perjalanannya pulang. Itu tidak hanya sekali dia lakukan, namun sangat-sangat sering dan berkali-kali karena ia tidak memiliki motor saat itu, bahkan sepeda pun tidak punya. Sesampai di rumah ia tidak istirahat, namun segera bergegas mempersiapkan bekal untuk pergi ke kebun yang berada di gunung, itupun ia katakan: saya harus cepat-cepat ke kebun sebelum matahari terbit, sehingga sampai di gunung nanti masih pagi.

3). Terkadang, ia berangkat ta'lim dengan meminjam sepeda adiknya yang kecil, bayangkan sendiri saja sepeda mini dipakai oleh orang dewasa, demi apa??? Supaya bisa ikut kajian. Sungguh semangatnya untuk mendapatkan ilmu mengalahkan para pendahulunya yang lebih lama mengenal hidayah. Dengan kemudahan dari Allah, kemudian semangat yang tinggi, alhamdulillah pemuda ini sekarang sudah hafal seratus hadits pilihan, dan hampir 2 juz alqur'an serta saat ini meminta untuk diajarkan kitab nahwu al muyassar.

Masih ada kisah lain dan tidak berakhir sampai di situ, pemuda ini adalah pengajar di RUMAH TAHFIIDZUL QUR_AN “AL-KAWAAKIB”, ia sejenis TPA namun dengan jumlah mata pelajaran lebih banyak. Saat mengajar di tempat ini, beliau sudah memilik motor butut, motor itu ia beli dari seorang ikhwan yang memiliki rasa iba dan kasihan atas keterbatasan kehidupan pemuda ini, akhirnya motor itu hanya diharga 400.000. Bayangkan saja motor harga sedemikian tentu bukanlah motor yang mengkilat, bahkan lampunya saja sering mati dan selalu diganti dengan memasang bolam senter. Mesinnya pun tidak jarang mandeg di tengah jalan. Namun Alhamdulillah motor itu bisa dimanfaatkan untuk berangkat ta’lim agar tidak lagi jalan kaki, dan bisa digunakan untuk mengajar di RTQ. AL-KAWAAKIB. Sebenarnya kami punya foto motor miliknya, hanya saja kami ragu menampilkannya di sini.

Mengajar mengaji tidaklah mudah, baik itu di TPA atau sejenisnya, sungguh tak semudah membalikkan telapak kaki, belum lagi dengan keanekaragaman anak-anak yang memiliki kenakalan berbeda, ditambah membingungkan lagi jika anak-anak menangis dan berkelahi. Semoga Allah membalasnya dengan pahala kebaikan. Dengan keterbatasan hidupnya, di dalam rumah yang sederhana di atas tanah milik orang lain, tidak membuatnya pernah mengeluh tentang kehidupan dunia kepada teman-temannya. Tahukah anda berapa gaji mengajar mengaji yang ia terima per bulan???? 150.000, bukan uang yang banyak untuk nilai keuangan disulawesi jika digunakan untuk membeli bahan dapur, ya,, 150.000, kenapa cuma segitu? Karena itu dari hasil pertimbangan jumlah uang yang diberikan wali santri, mereka rata-rata member 10.000 perbulan, ada juga yang 20.000, ada juga yang 25.000. namun kebanyakan adalah 10.000. tentu hasil dr uang tersebut masih harus dibagi untuk pengajar yang lain dengan jumlah yang sama, dan disisakan untuk kebutuhan sepidol dan sejenisnya. Semoga Allah memberi kekuatan kepada ustadz-ustadz pengajar TPA dan sejenisnya.

Pemuda ini, punya pekerjaan yang berbeda, itu pun dia lakukan untuk membantu kehidupan orang tuanya yang sudah sangat tua, ia disamping bekerja di gunung merawat kebun kakao atau cengkeh, ia juga punya kebiasaan mencari sisa-sisa padi yang sudah ditinggalkan pemilik sawah, menjadi pemulung padi jika kita bahasakan dengan sedikit terbuka. Ya, memulung padi, bahkan terkadang ia lakukan bersama ayahnya yang sudah kurus kering. Di pagi hari ia mencari sisa-sisa padi yang terbuang atau yang sudah ditinggalkan petani, ia lakukan hingga menjelang ashar, jangan bertanya tentang panas dan teriknya matahari, kehujanan pun hal yang lumrah saat hidup mengais sisa-sisa apa yang telah terbuang dan tak terpakai, saat menjelang ashar maka ia membawa hasil keringatnya tersebut, lalu ia letakkan dipinggir jalan beserta ayahnya, lalu ayahnya menunggu di pinggir jalan tersebut, menunngu apa??? Menunggu sang pemuda mengajar mengaji. Karena setelah meletakkan ayahnya dan padinya dengan motor bututnya, ia langsung bergegas untuk pergi menunaikan amanah mengajar IQRO khusus santri putra. Setelah hampir maghrib, pemuda ini menghampiri ayah dan hasil padinya,lalu pulang bersama ke rumahnya. Sungguh saya melihat dengan mata ini. Entah sampai di rumah didahului matahari terbenam atau mereka yang mendahuluinya.

Ayahnya juga merupakan imam sholat di desanya, dan pemuda ini tak lupa selalu mengajak ayahnya untuk ikut hadir dalam ta'lim pekanan di tempat kami, pernah suatu malam ayahnya tidak hadir saat jadwal ta'lim tajwid, lalu ana tanyakan kemana ayahnya, pemuda itu menjawab: tadi ibu minta diajarin ngaji, jadi bapak ngajarin ibu dan gak ikut ke sini.

Tentang semangatnya mencari ilmu dengan berjalan kaki, pernah ana kisahkan pada akun ana sebelumnya, setelah dibaca oleh temen-temen fb, Alhamdulillah ada yang meminta rekening ana untuk menitipkan segenggam uang kepada pemuda ini, dan sudah ana berikan. Namun bukan itu maksud ana mengulang dan memperlengkap kisahnya di sini, ana tidak berharap uang sebagaimana pemuda itu pun tidak pernah mempermasalahkan uang. Hanya saja ana berharap dengan kisah ini:

1.) Orang-orang yang memasang tarif terlalu tinggi dalam berdakwah dapat berfikir dan mengambil pelajaran, bahwa kami tidak butuh mereka, kami tidak butuh ustadz yang hanya siap diantar jemput tatkala berdakwah, kami tidak butuh ustadz yang gila terhadap dunia, kami butuh ustadz yang bisa kami teladani akhlaknya, yang membantu kami untuk semakin mudah mengingat nikmat Allah jika kami melihatnya, kami butuh ustadz yang siap berpelukan dengan tubuh-tubuh kami yang dekil berbau padi, karena sulitnya minyak wangi menglahkan aroma yang telah terpatri.
2.) Semoga orang-orang tak lagi meremehkan para pengajar al-qur_an,………….ah cuma ustadz TPA.………….ah ngajar gitu aja saya juga bisa hanya gak ada waktu saja karena sibuk cari uang.
3.) Jangan lupa, orang baik itu tak pernah meminta balas jasa, tapi membalas jasa itu termasuk akhlak yang baik.
4.) Jangan lupakan guru-guru ngaji kita dahulu, doakan kebaikan untuk mereka.

Alhamdulillah…Allah Yang Maha Mengetahui apa yang di balik dada, kami hanya menceritakan dzohirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar